Kisah Inspiratif Beberapa Mualaf di Indonesia

By | June 3, 2020

Menjadi Mualaf (pindah keyakinan dari non muslim menjadi muslim) adalah kisah pendek/panjang suatu perjalanan rohani seseorang yang tidak bisa disangka yang merupakan karunia hidayah yang merupakan hak prerogatif Allah SWT yang tiada duanya dari perjalanan hidup seseorang. Nabi Muhammad SAW saja tidak bisa memberi hidayah pada pamannya  Abu Thalib seperti dikisahkan :

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, dari Ibnul Musayyab, bahwa bapaknya berkata:
Ketika Abu Thalib akan meninggal dunia, maka datanglah Rasulullah, dan pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah, dan Abu Jahal ada di sampingnya, lalu Rasulullah bersabda kepadanya: “Wahai pamanku, ucapkanlah “La Ilaha Illallah” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu di hadapan Allah.”

Tetapi Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Thalib: “Apakah kamu membenci agama Abdul Muthallib?”

Kemudian Rasulullah mengulangi sabdanya lagi, dan mereka berduapun mengulangi kata-katanya pula, maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Thalib adalah bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Muthalib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah.
Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh akan aku mintakan ampun untukmu pada Allah, selama aku tidak dilarang.”

Lalu Allah menurunkan firmanNya:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ يَّسْتَغْفِرُوْا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَلَوْ كَانُوْٓا اُولِيْ قُرْبٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُمْ اَصْحٰبُ الْجَحِيْمِ

Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabat(nya), setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka Jahanam. (Attaubah : 113)

Dan berkaitan dengan Abu Thalib, Allah menurunkan firmanNya:

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Sesungguhnya, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima  petunjuk. (QS Al Qashash: 57)

Surat AT Taubah: 113 menunjukkan tentang haramnya memintakan ampun bagi orang-orang musyrik, dan haram pula berwala’ (mencintai, memihak dan membela) kepada mereka.

Masalah yang sangat penting, yaitu penjelasan tentang sabda Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam: “Ucapkanlah kalimat la ilaha illallah”, berbeda dengan apa yang difahami oleh orang-orang yang mengaku dirinya berilmu. Penjelasannya ialah: diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan apa yang menjadi konsekuensinya, yaitu: memurnikan ibadah hanya kepada Allah, dan membersihkan diri dari ibadah kepada selainNya, seperti: malaikat, nabi, wali , kuburan, batu, pohon, dan lain lain.

Abu Jahal dan kawan-kawannya mengerti maksud Rasulullah ketika beliau masuk dan berkata kepada pamannya: “Ucapkanlah kalimat La Ilah Illallah”, oleh karena itu, celakalah orang yang pemahamannya tentang asas utama Islam ini lebih rendah dari pada Abu Jahal.

Kesungguhan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam dalam berupaya untuk mengislamkan pamannya merupakan satu contoh dakwah yang agung.

Sebagian orang mengatakan bahwa orang-orang Quraisy sebelum kedatangan Nabi Muhammad adalah orang Islam. Dan hadits ini menjadi bantahan terhadap orang-orang yang mengatakan bahwa Abdul Muthalib dan leluhurnya itu beragama Islam.

Kita juga mengambil pelajaran bahayanya berkawan dengan orang-orang berpikiran dan berprilaku jahat. Juga betapa bahayanya mengagung-agungkan para leluhur dan orang-orang terkemuka. “Nama besar” mereka inilah yang dijadikan oleh orang-orang Jahiliyah sebagai tolok ukur kebenaran yang mesti dianut.

Allah juga berfirman bahwa orang yang dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak :

فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَاۤءِۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. ( Al Al”An am : 125)

Bertkut adalah kisah-kisah inspiratif dari beberapa mualaf di Inonesia yang saya ambil dari beberapa chanel youtube:

1, Irena Handono

Hidayah Allah tak pernah disangka dan diduga. Hidayah  datang kepada siapa pun dan kapan pun. Seperti yang dialami oleh Umi Irena Handono, seorang biarawati yang mengambil keputusan  menjadi mualaf. Umi Irena mengambil keputusan hijrah agama menjadi muslim pada tahun 1983 di Surabaya, pada usia 29 tahun.

Memperoleh hidayaht  Allah dari tempat yang tidak diduga dandisangka, yaitu saat sedang menjadi biarawati dalam suatu biara. Inilah karunia Allah dan hidayah yang didapat.  Beliau mendapat kuliah ilmu perbandingan agama, salah satunya mengenai Islam.

Umi Irena mengatakan, dari ilmu yang dia tekuni itu membuat rasa ingin tahu mengenai Islam semakin menguat di benaknya. Dia kemudian terus menggali tentang Islam dari Alquran, yang merupakan kitab suci pegangan kaum muslim.

Umi waktu itu belum paham bagaimana cara membaca huruf Hijaiyah dan membaca Alquran. Maka Umi mempelajarinya melalui Alquran terjemahan, itu pun cara membacanya terbalik. Dan yang pertama kali Umi baca surat Al-Ikhlas, yang menyatakan Tuhan itu ahad (satu). Reaksi Umi adalah ini logis dan benar.

Saat memutuskan untuk menjadi mualaf, anak ke lima dari lima bersaudara itu tidak meminta izin kepada keluarga. Umi Irena hanya pamit kepada sang ibunda untuk pergi. Padahal kepergiannya itu untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Karena Umi menyadari sudah dewasa dan tidak perlu meminta izin, maka Umi hanya pamit kepada Ibu,kenang Umi Irena.

Setelah kembali pulang ke rumah, Umi Irena belum memberi tahu keluarga jika sudah pindah keyakinan. Sampai akhirnya, keluarganya memergoki sendiri ketika dia tengah melaksanakan salat.

Waktu itu mereka melihat Umi salat. Seluruh keluarga gempar, dan kaget karena kamarnya ada perempuan islam sedang salat, lalu semua terkejut melihat wajah Umi. Dari sini lah Umi, sebagai anak bungsu dari 5 bersaudara dan wanita satu-satunya, tidak mau lagi menyembunyikan hal ini.

Kendati demikian, tidak sepenuhnya keluarganya ikhlas menerima keputusan Umi Irena. Namun perlahan, ibunya bisa menerima keputusan itu.

 

2. Deddy Corbuzier

Deddy Corbuzier menegaskan keputusannya jadi seseorang muslim bukan disebabkan pacarnya , Sabrina Chairunnisa , yang menganut agama Islam . Deddy nyatanya mempunya alibi kokoh buat berpindah kepercayaan .

Gus Miftah , penjaga Pondok Pesantren di Yogyakarta dan teman yang mengarahkan Deddy soal Islam menarangkan bila Deddy sudah mendalami Islam sepanjang 8 bulan .

Sepanjang itu pula Gus Miftah tidak sempat memforsir Deddy buat masuk Islam . Saat sebelum mengambil keputusan jadi Mualaf , Gus Miftah cuma berpesan satu perihal kepada teman – temannya tersebut .

” Aku senantiasa bilang sama ia , agama itu buat diamalkan bukan buat diperdebatkan . Aku bilang gitu , ” kata Gus Miftah dikala ditemui bersama Deddy di kediaman Maruf Amin , Menteng , Jakarta Pusat , Jumat , 21 Juni 2019 .

Bagi Gus , ia kesekian kali berkata bila anugerah masuk Islam bukan tiba dari dirinya .

” Aku bilang ‘ aku tidak dapat kasih anugerah kalian , sebab anugerah itu urusan Allah ’ . ”

8 bulan mendalami Islam , Gus Miftah menggambarkan bila Deddy tercantum orang yang rasional serta logis . Ia sering mempertanyakan banyak perihal yang baginya tidak masuk ide .

” Pada sesuatu dikala , dia nanya ‘ Gus mengapa tidak seluruh ajaran itu dapat diterima oleh ide ’ , ” tutur Gus Miftah .

Dari bermacam persoalan tentang Islam serta alibi jadi mualaf , Gus Miftah menegaskan Deddy luluh menerima kepercayaan barunya sebab satu perihal .

Bagi Gus , Deddy sangat mengagumi toleransi yang dianjurkan dalam Islam . Sepanjang ini mantan ilusionist yang berkiprah jadi presenter ini memanglah meyakini toleransi bagaikan perihal yang sangat indah .

” Gus enggak terdapat perkata ‘ masuk Islam ayo ’ enggak terdapat sama sekali . orang cocok lagi puasa aja kemarin , gus tiba ke rumah aku bawain aku santapan . Nah itu kan indah ya , ” ucap Deddy Corbuzier ditirukan Gus Miftah .

” Itu sih aku ngeliat sesungguhnya indah sepanjang pelakunya baik , sangat indah . ”

Kesabaran Gus Miftah membimbing Deddy mendalami Islam kesimpulannya berbuah sebagian hari yang kemudian . Kepadanya , Deddy mengutarakan keinginannya buat jadi seseorang muslim tanpa paksaan maupun ajakannya .

Apalagi laki – laki 42 tahun itu yang mengantarkan sendiri keinginannya buat memeluk Islam kepada Gus Miftah .

” Aku pernah enggak dapat ngomong begitu ia ( Deddy ) bilang ‘ Gus saya mantap masuk Islam . tolong mualafin ’ ia yang memohon , bukan aku , ” ucap Gus Miftah .

Permintaan itu tidak langsung disetujuinya , Gus Miftah pernah menawarkan supaya Deddy mengucap syahadat di depan ustaz yang dikira lebih mumpuni . Tetapi usul itu ditolak Deddy .

” Deddy bilang ‘ ya gue ngerti Islam dari elu ’ jadi yasudah , ” ucap Gus Miftah .

 

 

3. Felix Siauw

“Jika kamu masih mempunyai banyak pertanyaan, maka kamu belum dikatakan beriman, Iman adalah percaya apa adanya, tanpa reserve”.

Demikialah kira-kira suatu pernyataan yang akan selalu diingat dalam kehidupan Felix Siauw. Pada waktu itu Felix Siauw masih seorang penganut Kristen Katolik berusia 12 tahun yang banyak sekali pertanyaan didalam hidup beliau. Diantara pertanyaan-pertanyaan itu, tiga pertanyaan yang paling besar adalah:

1. Darimana asal kehidupan ini,

2. Untuk apa adanya kehidupan ini,

3. dan akan seperti apa akhir daripada kehidupan ini.

Dari tiga pertanyaan tersebut muncullah pertanyaan-pertanyaan turunan, “Kenapa tuhan pencipta kehidupan ini ada 3, tuhan bapa, putra dan roh kudus? Darimana asal tuhan bapa?”, atau “Mengapa tuhan bisa disalib dan dibunuh lalu mati, lalu bangkit lagi?”. Jawaban-jawaban itu selalu akan mendapatkan jawaban yang menggantung dan tidak memuaskan.

Ketidakpuasan lalu mendorongnyaa untuk mencari jawaban di dalam alkitab, kitab yang datang dari tuhan, yang dipikir waktu itu bisa memberikan jawaban. Sejak saat itu, mulailah beliau mempelajari isi alkitab yang belasan tahun tidak pernah dibuka secara sadar dan sengaja. Betapa terkejutnya, setelah sedikit berusaha memahami dan mendalami alkitab, beliaus baru saja mengetahui pada saat itu jika 14 dari 27 surat dari injil perjanjian baru ternyata ditulis oleh manusia, beliau hampir tidak percaya bahwa lebih dari setengah isi kitab yang katanya kitab tuhan ditulis oleh manusia, yaitu Santo Paulus. Lebih terkejut lagi ketika dia mengetahui bahwa sisa kitab yang lainnya juga merupakan tulisan tangan manusia setelah wafatnya Yesus. Sederhananya, Yesus pun tidak mengetahui apa isi injilnya. Lebih dari itu semua, konsep trinitas yang menyatakan tuhan itu tiga dalam satu dan satu dalam tiga (Bapa, Anak, dan Roh Kudus) yang merupakan inti dari ajaran kristen pun ternyata adalah hasil konggres di kota Nicea pada tahun 325 M. Ketika proses mencari jawaban di dalam alkitab pun, saya menemukan sangat sedikit sekali keterangan yang diberikan di dalam alkitab tentang kehidupan setelah mati hari kiamat dan asal usul manusia.

Setelah proses pencarian jawaban di dalam alkitab itu, beliau memutuskan bahwa agama yang dia anut tidaklah pantas untuk dipertahankan atau diseriusi, karena tidak memberikan jawaban atas pertanyaan mendasar, juga tidak memberikan kepadanya pedoman dan solusi dalam menjalani hidup ini. Sejak saat itu, beliau memutuskan untuk menjadi seseorang yang tidak beragama, tetapi tetap percaya kepada Tuhan. Beliau mengambil kesimpulan bahwa semua agama tidak ada yang benar, karena sudah diselewengkan oleh penganutnya seiring dengan waktu. Beliau menganggap semua agama sama, tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Beliau juga berpandangan bahwa Tuhan laksana matahari, dimana para nabi dengan agamanya masing-masing adalah bulan yang memantulkan cahaya matahari, dan pemantulan itu tidak ada yang sempurna, sehingga agama pun tidak ada yang sempurna Tanpa sadar waktu itu masuk kedalam ideologi sekular. Menjadilah saya manusia yang sinkretis dan pluralis pada waktu itu.

Tetapi semua pandangan itu berubah 5 tahun kemudian ketika beliau memasuki semester ketiga  ketika berkuliah di salah satu PTN. Beliau menemukan bahwa teori  bahwa semua agama itu sama hancur samasekali dengan adanya realitas baru yang disdapatkan. Lewat pertemuan dengan seorang ustadz muda aktivis gerakan da’wah islam internasional, perkenalan dengan al-Qur’an dimulai. Diskusi itu bermula dari perdebatan dengan seorang teman tentang kebenaran. Dia berpendapat bahwa kebenaran ada di dalam al-Qur’an, sedangkan beliau belum mendapatkan kebenaran. Sehingga dipertemukanlah beliau dengan ustadz muda ini untuk berdiskusi lebih lanjut.
Setelah bertemu dan berkenalan dengan ustadz muda ini, lalu bercerita tentang pengalaman hidup termasuk ketiga pertanyaan hidup yang paling mendasar. Mereka lalu berdiskusi dan mencapai suatu kesepakatan tentang adanya Tuhan pencipta alam semesta. Adanya Tuhan, atau Sang Pencipta memanglah sesuatu yang tidak bisa disangkal dan dinafikkan bila kita benar-benar memperhatikan sekeliling kita. Tapi beliau lalu bertanya pada ustadz muda itu “Beliau yakin Tuhan itu ada, dan beliau berasal dari-Nya, tapi masalahnya ada 5 agama yang mengklaim mereka punya petunjuk bagi manusia untuk menjalani hidupnya. Yang manakah lalu yang bisa kita percaya?!”. Ustadz muda itu berkata “Apapun diciptakan pasti mempunyai petunjuk tentang caranya bekerja” lalu dia menambahkan “Begitupun juga manusia, masalahnya, yang manakah kitab petunjuk yang paling benar dan bisa membuktikan diri kalau ia datang dari Sang Pencipta atau Tuhan yang Maha Kuasa” lalu diapun membacakan suatu ayat dalam al-Qur’an:

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ

Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa(TQS al-Baqarah [2]:2)

Ketika beliau membaca ayat ini beliau terpesona dengan ketegasan dan kejelasan serta ketinggian makna  daripada kitab itu. Mengapa penulis kitab itu berani menuliskan seperti itu?. Seolah membaca pikirannya, ustadz itu melanjutkan “kata-kata ini adalah hal yang sangat wajar bila penulisnya bukanlah manusia, ciptaan yang terbatas, Melainkan Pencipta. Not creation but The Creator. Bahkan al-Qur’an menantang manusia untuk mendatangkan yang semacamnya!”

وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar(TQS al-Baqarah [2]: 23)

Waktu itu beliau membeku, pikirannya bergejolak, seolah seperti jerami kering yang terbakar api. Dalam hatinya berkata “Mungkin inilah kebenaran yang selama ini saya cari!”. Tetapi waktu itu ada beberapa keraguan yang menyelimuti dirinya, belum mau mengakui bahwa memang al-Qur’an adalah suatu kitab yang sangat istimewa, yang tiada seorangpun yang bisa mendatangkan yang semacamnya. Lalu beliau bertanya lagi “Lalu mengapa agama yang sedemikian hebat malah terpuruk, menjadi pesakitan, hina dan menghinakan dirinya sendiri?”. Dengan tersenyum dan penuh ketenangan ustadz muda itu menjawab “Islam tidak sama dengan Muslim. Islam sempurna, mulia dan tinggi, tidak ada satupun yang tidak bisa dijelaskan dan dijawab dalam Islam. Muslim akan mulia, tinggi juga hebat. Dengan satu syarat, mereka mengambil Islam secara kaffah (sempurna) dalam kehidupan mereka”
“Jadi maksud ustadz, muslim yang sekarang tidak atau belum menerapkan Islam secara sempurna?!” sata menyimpulkan.
“Ya, itulah kenyataan yang bisa Anda lihat” tegas ustadz muda itu.

Lalu dijelaskan kepadanya panjang lebar tentang maksud bahwa Islam berbeda dengan Muslim. Penjelasan itu sangat luar biasa, sehingga memperlihatkan bagaimana sistem Islam kaffah bekerja. Sesuatu yang belum pernaha ia dengar tentang Islam sampai saat itu, sesuatu yang tersembunyi (atau sengaja disembunyikan) dari Islam selama ini. Saat itu beliaus sadar betul kelebihan dan kebenaran Islam. Hanya saja selama ini membenci Islam karena hanya melihat muslimnya bukan Islam. Hanya melihat sebagian dari Islam bukan keseluruhan.
Akhirnya ketiga pertanyaan besar yang selama ini terjawab dengan sempurna. Bahwa kitas berasal dari Sang Pencipta dan itu adalah Allah SWT. Hidup untuk beribadah (secara luas) kepada-Nya karena itulah perintah-Nya yang tertulis didalam al-Qur’an. Dan al-Qur’an dijamin datang dari-Nya karena tak ada seorangpun manusia yang mampu mendatangkan yang semacamnya. Setelah hidup ini berakhir, kepada Allahlah akan kembali dan membawa perbuatan ibadah selama hidup dan dipertanggungjawabkan kepada-Nya sesuai dengan aturan yang diturunkan oleh Allah. Setelah yakin dan memastikan untuk jujur pada hasil pemikiran. Akhirnya beliau memutuskan:
“Baik, kalau begitu saya akan masuk Islam!”

Beliau tahu, akan menemui banyak sekali tantangan ketika memutuskan hal ini. Beliau memiliki lingkungan yang tendensius kepada Islam dan yakin keputusan ini tidak akan membuat mereka senang. Tapi bagaimana lagi, apakah harus mempertahankan perasaan dan kebohongan dengan mengorbankan kebenaran yang dicari selama ini?!. “Tidak, sama sekali tidak” beliau memastikan pada dirinya sendiri lagi. Artinya walaupun tantangan di depan mata, beliau yakin bahwa Allah, yang memberikan semuanya inilah yang pantas dan harus didahulukan.
Setelah menemukan Islam, beliaus menemukan ketenangan sekaligus perjuangan. Ketenangan pada hati dan pikiran karena kebenaran Islam. Dan perjuangan karena banyak muslim yang masih terpisah dengan Islam dan tidak mengetahui hakikat Islam seperti yang diketahui, kenikmatan Islam yang disnikmati dan bangga kepada Islam seperti beliaus bangga kepada Islam. Dan mudah-mudahan, sampai akhir hidupnya dan keluarganya, kami akan terus di barisan pembela Islam yang terpercaya. Janji Allah sangat jelas, dan akan terbukti dalam waktu dekat. Allahuakbar!

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik(TQS an-Nuur [24]: 55)

Terimakasih Allah SWT, telah memberiku al-Qur’an dan taufik. Terimakasih wahai rasulullah Muhammad saw. atas kasih sayang dan perjuangannya. Terimakasih untuk Mami yang telah melahirkan dan mengasuh serta membesarkanku. Papi atas pelajaran nalar dan kritisnya sehingga aku bisa menemukan Islam. al-Ustadz Fatih Karim atas kesabaran dan persaudaraanya. al-Ustadz Ahmad Muhdi atas kritik dan perhatiannya. Ummi Iin atas percaya dan penurutnya. Teman-teman HDHT, terimakasih atas bimbingannya
Felix Siauw

Disunting kembali oleh : Amar Ahmad (dikutip dari Situs Islam Taman Hidayah, Posted June 4, 2013).

4. Alun Joseph (Yusuf Hamka)

Siapa yang tidak kenal dengan seorang Jusuf Hamka. Pria yang kini sudah berusia 63 tahun, adalah Direktur Utama PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP), perusahaan pengelola jalan tol.

Nama Jusuf Hamka belakangan viral ke publik karena sang anak, Fitria Yusuf akhirnya juga mengikuti jejak ayahnya untuk menjadi seorang muallaf.

Jusuf Hamka adalah pengusaha yang memutuskan untuk menjadi seorang muallaf pada tahun 1981 silam. Jusuf Hamka diislamkan oleh Buya Hamka, yang tiga bulan kemudian resmi diangkat menjadi anak angkat Buya Hamka.

Jusuf Hamka sebenarnya terlahir dengan nama Alun Joseph. Namun beruah menjadi uya Hamka setelah diangkat menjadi anak angkay ideoligis Buya Hamka.

Ketertarikan Jusuf Hamka terhadap agama Islam, hingga akhirnya memutuskan untuk pindah agama, bermula dari rasa penasarannya terhadap sejumlah temannya yang selalu diminta untuk salat saat sedang bermain.

Dalam kanal YouTube Trans TV Official, Jusuf menceritakan bahwa saat usianya 17 tahun, ia pergi ke kampung orang tuanya di Samarinda. Di kota ini, Jusuf bertemu dengan teman-temannya.

Teman-temannya malah mengajak Jusuf untuk melakukan sunat. Tapi, ia merasa takut untuk disunat, karena mendengar prosesnya yang pemotongannya dilakukan memakai bambu. Teman-teman Jusuf kemudian menyarankannya untuk disunat dengan tenaga dokter.

Setelah itu, barulah Jusuf memberanikan diri untuk dikhitan.

“Ya sudah saya dikhitan dulu saja, daripada masuk Islam dulu,” ujar Jusuf kala itu.

Namun, saat itu, Jusuf tak berani untuk memberitahu orang tuanya tentang apa yang terjadi. Hingga suatu hari, kakak Jusuf mengadukan kondisi Jusuf ke orang tuanya.

Jusuf mengira bahwa orang tuanya akan marah jika tau ia sudah dikhitan. Ternyata, orang tua Jusuf tak marah sama sekali. Jusuf pun merasa bersyukur saat tau orang tuanya tak marah.

Ketertarikan Jusuf terhadap agama Islam semakin memuncak saat ia kembali ke Jakarta. Di Jakarta ia melihat ada sosok pengusaha dari Samarinda yang masuk Islam di Al-Azhar.

Rasa ketertarikan Jusuf terhadap Islam yang sudah memuncak menuntun langkahnya untuk pergi ke Al-Azhar dan bertemu dengan Buya Hamka. Saat bertemu dengan Buya Hamka, Jusuf mengungkapkan bahwa ia ingin mempelajari Islam terlebih dahulu baru memutuskan untuk muallaf.

Mendengar jawaban Jusuf, Buya Hamka langsung memarahinya dan mengatakan bahwa proses muallaf itu harus dilakukan di hari itu juga. Jusuf yang sempat terkejut kemudian mempertanyakan apa alasannnya.

“Saya bukan maksa. Kalau kamu mau masuk Islam, lakukan hari ini. Karena saya harus membimbing kamu, kalau nanti kamu pulang, kamu kena musibah, kamu kecelakaan meninggal, dosanya di saya,” cerita Jusuf saat bertemu dengan Buya Hamka.

Saat itu juga, Buya Hamka menuliskan dua kalimat syahadat agar bisa dibaca oleh Jusuf. Sejak saat itu, Jusuf semakin memperdalam ilmu agamanya.

Namun, keputusan Jusuf untuk memeluk agama Islam sempat mendapat tentangan dari keluarganya. Keluarganya bahkan mengungkapkan pada Jusuf bahwa agama Islam adalah agama orang miskin.

Jusuf yang kini jadi pengusaha sukses, sempat mengalami jatuh bangun selama hidupnya. Ia bahkan sempat tak memiliki pekerjaan tetap selama belasan tahun.

Dalam video berdurasi 10 menit itu, Jusuf menceritakan bahwa saat ia duduk di bangku SMA, ia hanya memiliki cita-cita sebagai tukang parkir, karena melihat temannya yang menjadi tukang parkir bisa mendapatkan banyak uang.

Namun, Jusuf tak menyangka bila Allah SWT telah merubah garis tangannya untuk menjadi pengusaha jalan tol yang sukses. Meskipun sudah menjadi seorang pengusaha sukses, Jusuf masih sering mendengarkan ceramah dan wejangan dari sang ayah angkat.

Jusuf mengungkapkan bahwa ia ingin mengharumkan nama Islam dengan cara berbeda, hingga akhirnya ia membangun sebuah masjid dengan artsitektur Tiongkok, yang diberi nama Masjid Babah Alun di kolong Jalan Tol Wiyoto Wiyono, di Jalan Papanggo, Jakarta Utara.

Keinginan dan besarnya tekad Jusuf untuk mengharumkan nama Islam dengan berbagai upaya, berhasil membuatnya dilimpahkan banyak rezeki dari Allah SWT.

 

 

Demikianlah Kisah-kisah Inspiratif Beberapa Mualaf di Indonesia yang bagi saya sudah mewakilkan untuk semua mualaf di Indonesia, kisah yang penuh inspiratif yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup. Dan yang lebih penting lagi bahwa menjadi mualaf bukanlah paksaan, merupakan hidayah dari hanya Allah sang empunya Hidayah. Semoga Kisah-kisah Inspiratif Beberapa Mualaf di Indonesia ini bisa menambah pelajaran dan kemantapan kita berislam yang kaffah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *