Menjadi Hamba yang Disukai Allah

By | April 29, 2024

Menjadi Hamba yang Disukai Allah

Manusia sebagai makhluk/hamba  Allah yang berakal haruslah mempunyai tujuan hidup yang jelas. Tanpa tujuan hidup akan terombang ambinglah hidup di dunia ini , seperti benda yang tidak kuat menahan angin, akan terhempas angin mengikuti kemana angin terhempas.

Dalam menjalani hidup, seorang muslim haruslah menjadikan Allah sebagai tujuan dengan senantiasa mengharap ridha-Nya dan menjadikan surga sebagai cita-cita.. Untuk memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat, tentu kita harus senantiasa mendekatkan diri pada Allah swt. dan menjadi makhluk yang disukai-Nya.

Contoh sederhana :

Seorang yang bekerja dengan seorang majikan, dan dia selalu mengikuti segala yang diperintahkan dan tidak pernah melanggar peraturan-peraturan majikannya, tentunya akan mendapat perhatian khusus dari majikannya, majikannya akan sayang kepada beliau dan apabila ingin meminta sesuatu, pastilah akan diberikan. Apalagi Allah yang maha pengasih dan penyayang pada hambanya, apabila hambanya selalu taat menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya tentunya akan memberikan yang terbaik pada hambanya itu.

Berikut adalah macam/sifat atau perilaku manusia yang disukai oleh Allah swt. berdasarkan dalil yang ada di Al-Qur’an.

1.Al-Muhsinin.

Salah satu ayat Alquran yang terdapat kalimat ini yakni Surat Albaqarah ayat 195.

وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Allah menyukai orang-orang yang melakukan ihsan. Ihsan kepada Allah,

menurut Hadist Rasulullah saw. sebagai berikut:

“Engkau menyembah Allah, seakan-akan melihat-Nya dan bila itu tidak tercapai maka yakinlah bahwa Dia melihatmu” (HR Muslim).

Adapun ihsan kepada manusia adalah melihat orang lain seperti melihat sosok diri kita. Sehingga, kalau dia membutuhkan, kita akan memenuhi kebutuhannya karena kita menganggap bahwa dia itu adalah diri kita sendiri. Itulah ihsan.

2. Al-Muttaqin

Takwa dapat diartikan sebagai perbuatan menghindari ancaman dan siksaan dari Allah swt. dengan jalan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa selalu menuntun seseorang untuk senantiasa berhati-hati dalam berperilaku. Allah memberikan dua macam perintah yang tercantum dalam Al-Qur’an, yaitu perintah takwini dan perintah taklifi.

Perintah takwini,

yakni perintah Allah terhadap objek agar menjadi sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya. Ia biasa digambarkan oleh firman-Nya dengan “Kun fayakun”. Hal ini tercantum dalam beberapa dalil dalam al-Qur’an, antara lain QS. Fushshilat:11 dan QS. Al-Anbiya’:69. Kedua dalil tersebut menunjukkan betapa kuasa Allah atas apa pun yang Ia kehendaki akan terjadi dengan segera.

Kedua,

Perintah taklifi,

yaitu perintah Allah terhadap makhluk yang dibebani tugas keagamaan (manusia dewasa dan jin) untuk melakukan hal-hal tertentu. Hal ini dapat berupa ibadah murni, seperti shalat, puasa, maupun aktivitas lainnya yang bukan berbentuk ibadah murni, seperti bekerja untuk mencari nafkah, menikah, dan lain-lain.

Mereka yang bertakwa itulah yang memperoleh janji-Nya dalam QS. At-thalaq:2-3 yang menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rezeki dan jalan keluar atas setiap permasalahan bagi hamba-Nya yang bertakwa dan tawakal kepada-Nya.

3. Al-Muqsithin

Kata al-Muqsithin bermakna berlaku adil. Menariknya, tidak ditemukan bunyi pernyataan al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil dengan kata ‘adl/adil, tetapi ditemukan perintah menegakkan al-qisth, yakni dalam beberapa firman-Nya: QS. Al-Maidah:8;

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil.
QS. AL-Hujurat:9.

فَاِنْ فَاۤءَتْ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَاَقْسِطُوْا ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), damaikanlah keduanya dengan adil. Bersikaplah adil! Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bersikap adil.

4. At-Tawwabin & Al-Mutathahhirin

Kata al-mutathahhirin dapat diartikan sebagai kesucian dan keterhindaran dari kotoran/noda.
At-tawwabin berarti kembali ke posisi semula. Manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, setan akan terus berusaha merayu manusia. Oleh sebab itu, hendaknya manusia yang berdosa segera bertaubat agar kembali suci. Allah swt., Sang Maha Pengampun sangat menyukai hamba-Nya yang bertaubat atas kesalahan-kesalahannya dan tidak mempersulit.
Salah satu pernyataan al-Qur’an bahwa Allah menyukai at-tawwabin dan al-mutathahhirin ditemukan dalam QS. Al-Baqarah:222

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ

yang menjelaskan tentang larangan seorang suami mencampuri istri yang sedang haid. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyucikan diri.

5. Ash-Shabirin

Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Sabar adalah salah satu sifat yang amat dicintai oleh Allah SWT. Sosok manusia beriman yang memiliki sifat sabar, kehidupannya akan selalu dijaga dan dibimbing oleh Allah SWT.
Firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah: 153).

6. Al-Mutawakkilin

Tawakal adalah sikap mental yang berserah diri kepada Allah SWT atas segala keputusan dari usaha yang sudah dilakukan sebaik mungkin. Allah SWT menyukai orang yang bertawakal. (QS Ali Imran: 159).

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

7. Kerja Sama dan Network

Dalam QS. Ash-Shaf:4, Allah berfirman yang artinya,

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهٖ صَفًّا كَاَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”
Ayat di atas menunjukkan perlunya kebersamaan, network, dan koordinasi. Ciri khas ajaran Islam adalah kebersamaan dalam segala aktivitas positif, baik dalam melaksanakan ibadah ritual maupun dalam melaksanakan aneka aktivitas, itu sebabnya, shalat berjamaahn lebih diutamakan daripada shalat sendirian. Di sisi lain, kebersamaan itu tidak harus menjadikan semua pihak melakukan satu pekerjaan yang sama, melainkan perlu pembagian kerja yang diatur dalam satu network yang baik .

8. Al-Ittiba’

Ali Imran: 31 dan 32 memberi gambaran yang sangat umum menyangkut siapa atau perbuatan apa yang paling disukai Allah , yakni perintah untuk menaati Allah dan Rasul-Nya.

قُلْ اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ ۚ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْكٰفِرِيْنَ

Al-ittiba’ berarti meneladani, mengikuti secara sungguh-sungguh. Cinta Allah yang luar biasa akan diraih oleh mereka yang bersungguh-sungguh mengikuti Nabi Muhammad saw. Al-ittiba’ yang dimaksud ini dijelaskan oleh sabda Rasul saw. yang berbunyi, “yakni atas dasar kebajikan, takwa, dan rendah hati” (HR at-Tirmidzi, Abu Nu’aim, dan Ibnu ‘Asakir melalui sahabat Nabi, Abu ad-Darda).

Diriwayatkan dari Imam Malik bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

«

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

“Aku telah tinggalkan kepada kalian dua hal yang jika kalian berpegang teguh kepadanya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah dan sunah nabi-Nya.” (HR. Malik dalam al-Muwatha‘).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *